Kamis, 07 Agustus 2014

Cerita Ngalur Ngidul :D

Saat ini, aku sedang duduk di depan netbook, menatap layar kosong yang sesekali kuisi dengan ketikan tak beraturan, sambil mendengarkan suara hujan yang menari pelan di balik jendela kamar. Hujan selalu punya tempat spesial di hatiku—tenang, menyejukkan, dan membawa berkah. Katanya, waktu hujan turun adalah waktu mustajab untuk berdoa. Mungkin itu juga yang membuatku suka merenung saat hujan.

Tadinya aku mau keluar sebentar ke minimarket buat beli beberapa keperluan, tapi karena hujan deras, rencana itu kutunda dulu. Sebagai gantinya, aku bikin teh hangat dan nyiapin sedikit cemilan buat nemenin nulis. Eh, sempat ada insiden kecil: waktu mencet dispenser, air panasnya nyiprat ke tanganku. Perih! Tapi syukurnya cuma merah sebentar dan sekarang sudah mulai memudar.

Di sela-sela suara rintik hujan dan ketikan keyboard, aku muter lagu India—lagu jadul dari film Mohabbatein, “Aankhen Khuli.” Itu loh, lagu yang ada Jimmy Shergill-nya. Aku inget banget, dia idola pertamaku sejak pertama kali nonton film India. Sekarang sih dia udah berkumis dan tampilannya agak beda, tapi entah kenapa, aku tetap ngefans. Hahaha.

Hujan kali ini bawa aku nostalgia ke masa kecil. Waktu SD dulu, aku sering merengek ke Mama dan Abah minta main hujan. Biasanya nggak dibolehin. Tapi ada satu momen langka, aku akhirnya dibolehin keluar… dengan syarat pakai payung. Temen-temenku, Henny dan Tiara, juga dibolehin dengan syarat yang sama. Tapi ya namanya anak-anak, baru sebentar di luar, kami lepas semua payung dan langsung main hujanan sepuasnya. Hasilnya? Langsung dimarahi begitu ketahuan! Hahaha, kapok. Dari situ aku belajar: jangan sia-siain kepercayaan orang.

Sekarang sih udah nggak pernah main hujan lagi. Tapi kalau kehujanan, ya santai aja.

Sambil ngetik ini, aku juga lagi chatting sama teman lama di Facebook. Kami nostalgia bareng, ketawa-ketawa nginget masa-masa sekolah. Dulu dia itu rese banget pas upacara, suka becanda terus. Aku pernah sampai nginjek kakinya biar diam, daripada dia ditegur guru. Untungnya dia bukan tipe yang gampang marah. Wkwk.

“Ada saat untuk bercanda, ada saat untuk serius.”

Aku suka ketawa. Siapa sih yang nggak? Tapi menurutku, selera humor itu tetap harus punya batas. Nggak semua yang lucu bagi kita, lucu juga buat orang lain—apalagi kalau udah masuk ranah ngejek. Aku bersyukur banget punya sahabat-sahabat yang tahu batas, yang humornya sehat, dan care-nya luar biasa. Mereka udah kayak keluarga sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar