Senin, 29 Juni 2015

Aku Ada

Aku heran.
Sudah seminggu sejak kepergian Ibu, tapi kakak-kakakku seolah tak lagi menganggapku ada. Tak ada pelukan, tak ada sapaan, tak ada tempat di antara mereka.
Apa karena aku terlalu histeris saat Ibu meninggal? Tapi, bukankah itu wajar? Aku ini anak bungsu, baru lima belas tahun. Setelah sepuluh tahun lalu Ayah meninggalkan kami, mengapa Ibu harus menyusul juga?

Kakak-kakakku kini sibuk dengan dunianya masing-masing. Tapi mengapa harus aku yang ditinggalkan sendirian begini?
Padahal aku lihat sendiri, Kak Rina bahkan sempat pingsan waktu tahu Ibu sudah tiada.
Tapi sekarang?

Aku mencoba bicara, tak dihiraukan.
Aku melempar gelas di dapur, berharap mereka menoleh. Tapi yang kudapat hanya teriakan dan mereka lari ketakutan.
Aku memanggil Kak Kinan... tapi dia malah menjerit.
“Jangan ganggu Kakak, Dik!”
Aku tidak gila! Aku cuma... ingin didengar.

Setiap malam aku menangis. Kadang di teras, kadang di depan kamar mereka, kadang sendirian di pojok ruang tamu.
Aku tahu kamar mereka sempit, tapi kenapa tak ada satu pun dari mereka yang mengajakku tidur bersama? Padahal aku juga perempuan. Adik mereka. Tapi tiap aku masuk, mereka hanya bilang, "Panas... panas..."

Akhirnya aku menyerah. Malam itu aku masuk ke kamar mereka saat mereka tertidur.
Kupanggil nama satu-satu, melayang di atas mereka.
Mereka terbangun, menatapku, lalu menjerit histeris.

Kak Dila gemetar. Air matanya jatuh tak terkendali.

> “Cukup, En... cukup! Jangan terus menghantui kami! Kami tahu kamu belum tenang... setelah kamu memutuskan menggantung diri di depan rumah!”



Aku tertawa pelan. “Hi hi hi...”

Aku menyusul Ayah dan Ibu, Kak.
Tapi... sepertinya tempatku dengan mereka berbeda.

Kamis, 04 Juni 2015

Cara Kami Merayakan Kelulusan

Tanggal 15 Mei 2015, aku dinyatakan LULUS!
Abah... Mama... anakmu LULUS! 😭✨

Tiga tahun sekolah, tumpukan tugas, drama kelas, deg-degan ujian, sampai akhirnya hari itu datang juga. Rasanya legaaaa banget! Campur aduk antara bahagia, haru, dan sedikit sedih karena bakal ninggalin masa-masa putih abu-abu.

Terus, tanggal 18 Mei 2015, kami sekelas ngumpul buat foto-foto bareng. Nggak ada konvoi, nggak ada ngebut-ngebutan di jalan. Cuma kumpul seru, main bubuk warna-warni, dan ketawa bareng.
Say no to konvoi, yes to kenangan manis! 🤗

Dan ini… beberapa cuplikan momen penuh warna itu. 💙











Farewell Party

Yihaaa! Telat banget sih, tapi tetap mau cerita soal Farewell Party kami yang penuh tawa, drama (literally), dan kenangan.

Tepatnya tanggal 12 Mei 2015, acara perpisahan SMK Nahdlatul Ulama Banjarmasin diadakan di Gedung GOS, Taman Budaya Banjarmasin. Tempatnya kece, auranya udah berasa megah sejak melangkah masuk.

Pagi-pagi banget aku udah sibuk dandan—jam 06.30 WITA masih ngaca, touch up ini itu, dibantuin sama tante cantik nan baik hati yang biasa aku panggil Ciwi. Dandanannya lembut, tapi tetep bikin pangling. Hehe.

Niatnya sih mau dianter "ibu negara" alias Mama, atau "bapak negara" alias Abah. Tapi belum sempat rencana itu kejadian, jreng! Temenku udah nyampe rumah buat jemput. Padahal aku masih sibuk dandan. Dia nunggu sekitar sejam, duh maaf ya—tapi ya maklum, acaranya juga mulai jam 08.00 WITA.

Sesampainya di lokasi, kami semua langsung berbaur. Duduk di kursi-kursi yang udah tertata rapi, nunggu acara dimulai. Eh tiba-tiba—yang awalnya aku niatnya duduk manis doang—disuruh tampil Habsyi! Pak Pelatih manggil dan bilang aku harus ikut tampil. Yahh… bismillah aja deh. Lumayan, siapa tahu muncul di TV pas opening. Hahaha!

Lanjut ke acara hiburan, alhamdulillah aku dan teman-teman juga tampil pentas drama, dan—yeay!—semuanya berjalan lancar. Bangga banget sama tim kecil kami yang bisa ngasih penampilan terbaik di momen spesial itu.

Dan ya… kayak biasa:
📸 “Ini dia foto-fotonyaaaa~”
 Wefie!











Terima kasih, masa putih abu-abu.

Terima kasih teman-teman 12 Akuntansi B yang selama satu tahun memberi aku kesempatan memimpin kelas ini. Jadi ketua di kelas se-heboh ini tuh... luar biasa! Banyak hal konyol yang dulu bikin kita ngakak, tapi sekarang—saat dikenang—nggak jarang malah bikin mata basah. :")

Terima kasih juga buat teman-teman seangkatan di kelas tetangga—kelas yang saking seringnya aku sambangin, sampai rasanya kayak kelas sendiri. Hahaha. Nggak ada jarak, nggak ada kikuk, cuma tawa dan kebersamaan.

Terima kasih adik-adik kelas tersayang, semoga kami—kakak kelasmu ini—meninggalkan jejak sikap dan semangat yang patut kamu tiru.
Dan untuk kamu, salah satu adik kelas yang antusias banget nanya soal gimana aku bisa mewakili sekolah di LKS bidang Akuntansi... semoga giliranmu segera datang ya. Menang, menang, menang!

Terima kasih untuk guru-guru terbaik,
yang bukan cuma mengajar, tapi juga mendampingi.
Bukan cuma menuntun, tapi juga memeluk.
Kalian bukan hanya guru—kalian sahabat dalam langkah kami menuju dewasa. :")

 Saat dikalungkan ini sama Bu Kepsek, resmilah jadi alumni. :")